Semakin bertambahnya usia, tubuh mengalami penurunan kinerja. Hal tersebut yang membuat penyakit tertentu kerap kali datang tanpa diminta. Contohnya saja penyakit Alzheimer, atau demensia yang sering dialami beberapa lansia. Penyakit ini diderita sekitar 1.2 juta lansia yang ada di Indonesia, dan diperkirakan akan semakin meningkat pada tahun-tahun mendatang.
Ketika seseorang terserang Alzheimer maupun demensia, banyak hal yang kerap tidak dapat dilakukan sendiri karena kemampuan otak yang menurut. Penderita ini kerap melupakan sesuatu karena memorinya hanya bertahan dalam waktu yang pendek. Selain itu, kemampuan berbicara dan kemampuan motorik juga menurun drastis, sehingga harus membutuhkan bantuan orang lain untuk menjalani aktivitas sehari-hari.
Hanya saja, tidak semua keluarga yang di dalamnya terdapat penderita Alzheimer, Demensia, dan beragam penyakit sejenis lainnya mengetahui cara perawatan pasien yang benar. Terkadang keluarga kurang sabar dalam menangani lansia seperti ini, sehingga sering marah-marah dan malah menambah beban mental pada lansia tersebut. Belum lagi, aktivitas sehari-hari yang harus dilakukan oleh keluarga pasien membuat mereka tidak bisa menjaga lansia ini sehari penuh. Untuk itulah, ada baiknya menggunakan jasa perawat atau caregiver untuk menjaga dan merawat lansia di rumah dengan baik dan benar.
Akan tetapi, mencari perawat juga bukan perkara mudah. Ada banyak hal yang harus keluarga perhatikan sebelum mengambil perawat untuk merawat pasien Alzheimer, Demensia, Stroke, dan penyakit-penyakit demikian. Berikut ini caranya;
Perawat Tersebut Hendaklah Memiliki Kemampuan Beradaptasi yang Cepat
Kemampuan perawat dalam beradaptasi sangat penting untuk diperhatikan, karena sehari-hari kehidupan mereka akan berinteraksi dengan hal baru, pasien baru, rumah baru, dan tentu saja masalah baru. Mereka hendaknya mampu beradaptasi dengan cepat kepada pasien untuk dapat melakukan perawatan secara maksimal. Namun, kemampuan ini hendaknya juga diterapkan pada keluarga pasien dan lingkungan sekitar. Hal ini supaya mereka mengetahui dengan benar karakter tiap orang yang berada di lingkup lingkungan pasien.
Bahkan jika bisa, perawat juga mampu beradaptasi dengan lingkungan di sekitar rumah. Supaya apabila ada hal yang tiba-tiba dan tidak diinginkan, perawat dapat mengambil tindakan yang tepat. Misalnya, pasien mengalami gangguan tertentu pada kesehatannya dan harus segera dibawa ke rumah sakit padahal saat itu anggota keluarga tidak ada satu pun di rumah, maka perawat akan mampu mengetahui siapa saja tetangga yang dapat dimintai pertolongan dengan cepat.
Carilah Perawat yang Pandai Berkomunikasi
Lansia yang mengalami penurunan kerja otak, biasanya akan kembali bersikap seperti anak kecil. Beberapa mungkin terlihat tenang dan tidak banyak menuntut, tetapi beberapa yang lain sangat rewel dengan perawatannya sendiri. Di sinilah kemampuan perawat dalam berkomunikasi sangat penting. Mereka harus mampu mengambil hati pasien yang dirawatnya, sehingga jalannya perawatan juga akan lebih mudah. Komunikasi yang baik akan membuat pasien percaya terhadap perawat, sehingga pasien tidak akan melakukan hal-hal yang mengkonfrontasi dan memicu kesalahpahaman.
Baca juga : Mengenali Tanda Orang Tua Yang Memasuki Masa Lansia
Sebaliknya, apabila merawat lansia yang mandiri, perawat juga harus mampu menyelami kepribadian sang pasien dengan baik. Mereka harus pandai dalam membawa diri, sekaligus dapat menjadi teman yang baik. Beberapa lansia yang mandiri tidak ingin dianggap lemah oleh orang lain, sehingga mereka kadang merasa bisa melakukan apa pun sendiri. Di sini, perawat harus mampu mengambil hati mereka dan mengomunikasikan hal apa saja yang bisa dibantu dan apa yang bisa dilakukan sendiri. Sebab, para lansia ini sebenarnya hanya membutuhkan teman untuk bekerja sama.
Bisa dibilang, selain menjadi perawat, para caregiver ini pun sebaiknya mampu memberi dampak positif pada kehidupan pasien yang dirawatnya.
Perawat Harus Punya Rasa Empati yang Besar
Salah satu mengapa sebuah keluarga menggunakan jasa perawat adalah karena dianggap bahwa seorang perawat memiliki kesabaran dan perasaan menyayangi yang besar. Bukan sekadar memberi bantuan untuk merawat seorang lansia, perawat juga diharapkan dapat menjadi pengasuh, teman, cucu, sekaligus penaung. Inilah mengapa mereka haruslah memiliki rasa empati yang tinggi. Sabar dan ikhlas adalah kunci mereka dapat merawat lansia dengan telaten. Terlebih, para lansia biasanya cenderung sensitive, bahkan beberapa orang sering menyebut bahwa seseorang yang sudah menjadi tua kerap kali lebih rewel daripada orang dewasa.
Menghadapi perasaan sensitive lansia, perawat pun diharapkan mampu mengerti dan memahami setiap keinginan pasien yang dirawatnya. Kepekaan perasaan harus ditimbulkan sedari awal, supaya seorang caregiver ini mampu memenuhi keinginan pasiennya dengan baik tanpa masalah berarti.
Mampu Memandirikan Lansia
Meskipun berperan sebagai perawat, bukan berarti para caregiver ini harus terus-menerus memanjakan pasien yang mereka tangani. Saat pelatihan, mereka bahkan dianjurkan untuk tidak terlalu memanjakan dan menuruti segala keinginan lansia yang diasuhnya. Mengapa demikian? Karena hal tersebut akan menjadi ketergantungan. Akibatnya, lansia ini malah tidak bisa mandiri sama sekali karena terbiasa dirawat dan dipenuhi segala kebutuhannya tanpa dia bersusah payah.
Baca juga : Menjadi Seorang Caregiver Bipolar Tidak Gampang, Kenali Dulu Apa yang Harus Dilakukan
Selain itu, memandirikan lansia juga akan membantu mereka lebih aktif dalam berkegiatan sehari-hari. Beberapa cara untuk memandirikan lansia bisa dengan melibatkan mereka terhadap perawatan diri sendiri. Misalnya, ketika harus membersihkan diri, maka perawat memang akan membantu tetapi jangan lupa untuk melibatkan lansia ini pula. Apabila mereka dapat melakukan hal itu sendiri, biarkan, awasi dan bantu jika memang benar-benar butuh bantuan. Setelah lansia berhasil melakukan tugasnya sendiri, pujilah mereka dengan baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan perasaan dihargai.
Bisa dibilang, perawat yang baik adalah perawat yang mampu memberikan dorongan positif terhadap lansia yang dirawatnya.